Unduh Adobe Flash player

Asal Usul Qosidah Burdah

Qosidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam khazanah sastra Islam. Isinya, sajak-sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan, hingga kini masih sering dibacakan di sebagian pesantren salaf dan pada peringatan Maulid Nabi. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Melayu, Sindi, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia.
Pengarang qosidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/ 1213-1296 M). Nama lengkapnya, Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri.* Dia keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir, Dia seorang murid Sufi besar, Imam as-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbas al-Mursi – anggota Tarekat Syadziliyah. Di bidang ilmu fiqih, Al Bushiri menganut mazhab Syafi’i, yang merupakan mazhab fiqih mayoritas di Mesir.

Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al-Quran di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab ia pindah ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang ulung. Kemahirannya di bidang sastra syair ini melebihi para penyair pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.
Sebagian ahli sejarah menyatakan, bahwa ia mulanya bekerja sebagai penyalin naskah-naskah. Louis Ma’luf juga menyatakan demikian di dalam Kamus Munjibnya.
Sajak-sajak pujian untuk Nabi dalam kesusasteraan Arab dimasukkan ke dalam genre al-mada’ih an-nabawiyah, sedangkan dalam kesusasteraan-kesusasteraan Persia dan Urdu dikenal sebagai kesusasteraan na’tiyah (kata jamak dari na’t, yang berarti pujian). Sastrawan Mesir terkenal, Zaki Mubarok, telah menulis buku dengan uraian yang panjang lebar mengenai al-mada’ih an-nabawiyah. Menurutnya, syair semacam itu dikembangkan oleh para sufi sebagai cara untuk mengungkapkan perasaan religius yang Islami.
Qosidah Burdah terdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan gaya bahasa (uslub) yang menarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujian terhadap Al Quran, Isra’ Mi’raj, jihad dan tawasul.

Manuskrip Qosidah Burdah
Dengan memaparkan kehidupan Nabi secara puitis, AI-Bushiri bukan saja menanamkan kecintaan umat Islam kepada- Nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaum Muslimin. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kasidah Burdah senantiasa dibacakan di pesantren-pesantren salaf, dan bahkan diajarkan pada tiap hari Kamis dan Jumat di Universitas AI-Azhar, Kairo.
Al-Bushiri hidup pada suatu masa transisi perpindahan kekuasaan dinasti Ayyubiyah ke tangan dinasri Mamalik Bahriyah. Pergolakan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintahan mengejar kedudukan dan kemewahan. Maka munculnya kasidah Burdah itu merupakan reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan kultural pada masa itu, agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi yang bertungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik), mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, Al-Quran dan Hadist.

Sejarah Ringkas Qosidah Al-Burdah
Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung arti, antara lain :
1. Baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bisaaikh Al Busyiri dibedakan dengan pejabat negara lainnya, teman-teman dan rakyatnya.
2. Nama dari kasidah yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.
Pada mulanya, burdah (dalam pengertian jubah) ini adalah milik Nabi Muhammad SAW yang diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorang penyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam). Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibeli oleh Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan seharga duapuluh ribu dirham, dan kemudian dibeli lagi. oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur dari dinasti Abbasiyah dengan harga empat puluh ribu dirham. Oleh khalifah, burdah itu hanya dipakai pada setiap shalat id dan diteruskan secara turun temurun.
Riwayat pemberian burdah oleh Rasulullah SAW kepada Ka’ab bin Zuhair bermula dari Ka’ab yang menggubah syair yang senantiasa menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat. Karena merasa terancam jiwanya, ia lari bersembunyi untuk menghindari luapan amarah para sahabat. Ketika terjadi penaklukan Kota Makkah, saudara Ka’ab yang bernama Bujair bin Zuhair mengirim surat kcpadanya, yang isinya antara lain anjuran agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasulullah, *karena Rasulullah tidak akan membunuh orang yang kembali (bertobat). Setelah memahami isi surat itu, ia berniat pulang kembali ke rumahnya dan bertobat.
Kemudian Ka’ab berangkat menuju Madinah. Melalui ‘tangan’ Abu Bakar Siddiq ra, di sana ia menyerahkan diri kepada Rasulullah SAW, Ka’ab memperoleh sambutan penghormatan dari Rasulullah. Begitu besarnya rasa hormat yang diberikan kepada Ka’ab, sampai-sampai Rasulullah melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka’ab.
Ka’ab kemudian menggubah Qosidah yang terkenal dengan sebutan Banat Su’ad (Putri-putri Su’ad), terdiri atas 59 bait (puisi). Qosidah ini disebut pula dengan qosidah Burdah. la ditulis dengan indahnya oleh kaligrafer Hasyim Muhammad al-Baghdadi di dalam kitab kaligrafi-nya, Qawaid al-Khat al-Arabi.
Di samping itu, ada sebab-sebab khusus dikarangnya Kasidah Burdah itu, yaitu ketika al-Bushiri menderita sakit lumpuh, sehingga ia tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, maka dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’afnya. Di dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. di mana Nabi mengusap wajah al-Bushiri, kemudian Nabi melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh al-Bushiri, dan saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh dari penyakitnya.
Pemikiran-Pemikiran Bushiri dalam Al-Burdah dimulai dengan nasib, yaitu ungkapan rasa pilu atas dukacita yang dialami penyair dan orang yang dekat dengannya, yaitu tetangganya di Dzu Salam, Sudah menjadi kelaziman bagi para penyair Arab klasik dalam mengawali karya syairnya selalu merujuk pada tempat di mana ia memperoleh kenangan mendalam dalam hidupnya, khususnya kampung halamannya. Inilah nasib yang diungkapkan Bushiri pada awal bait :
Amin tadzakurin jiranin bi Dzi Salami
Mazajta dam ‘an jara min muqlatin bi dami?
Tidakkah kau ingat tetanggamu di Dzu Salam
Yang air matanya tercucur bercampur darah?
Kemudian ide-ide al-Bushiri yang penting dilanjutkan dengan untaian-untaian yang menggambarkan visi yang bertalian dengan ajaran-ajaran tentang pengendalian hawa nafsu. Menurut dia, nafsu itu bagaikan anak kecil, apabila diteruskan menetek, maka ia akan tetap saja suka menetek. Namun jika ia disapih, ia pun akan berhenti dan tidak suka menetek lagi. Pandangan al-Bushiri tentang nafsu tersebut terdapat pada bait ke-18, yang isinya antara lain:
Wa an-nafsu kattifli in tuhmiihu syabba ‘ala
Hubbi ar-radha’i wa in tufhimhu yanfatimi
Nafsu bagaikan anak kecil, yang bila dibiarkan menetek
Ia akan tetap senang menetek. Dan bila disapih ia akan melepaskannya.
Dalam ajaran pengendalian hawa nafsu, al-Bushiri menganjurkan agar kehendak hawa nafsu dibuang jauh-jauh, jangan dimanjakan dan dipertuankan, karena nafsu itu sesat dan menyesatkan. Keadaan lapar dan kenyang, kedua-duanya dapat merusak, maka hendaknya dijaga secara seimbang. Ajakan dan bujukan nafsu dan setan hendaknya dilawan sekuat tenaga, jangan diperturutkan (bait 19-25).
Selanjutnya, ajaran Imam al-Bushiri dalam Burdahnya yang terpenting adalah pujian kepada Nabi Muhammad SAW. la menggambarkan betapa Nabi diutus ke dunia untuk menjadi lampu yang menerangi dua alam : manusia dan Jin, pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab. Beliau bagaikan permata yang tak ternilai, pribadi yang tertgosok oleh pengalaman kerohanian yang tinggi. Al-Bushiri melukiskan tentang sosok Nabi Muhammad seperti dalam bait 34-59 :
Muhammadun sayyidul kaunain wa tsaqaulain
Ni wal fariqain min urbin wa min ajami
Muhammad adalah pemimpin dua alam : manusia dan jin
Pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab.
Pujian al-Bushiri pada Nabi tidak terbatas pada sifat dan kualitas pribadi, tetapi mengungkapkan kelebihan Nabi yang paling utama, yaitu mukjizat paling besar dalam bentuk Al Quran, mukjizat yang abadi. Al Quran adalah kitab yang tidak mengandung keraguan, pun tidak lapuk oleh perubahan zaman, apalagi ditafsirkan dan dipahami secara arif dengan berbekal pengetahuan dan makrifat. Hikmah dan kandungan Al Quran memiliki relevansi yang abadi sepanjang masa dan selalu memiliki konteks yang luas dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat temporal. Kitab Al Quran selamanya hidup dalam ingatan dan jiwa umat Islam.
Maqam Imam Bushiri Selain Kasidah Burdah, al-Bushiri juga menulis beberapa kasidah lain di antaranya a!-Qashidah al-Mudhariyah dan al-Qashidah al-Hamziyah. Sisi lain dari profil al-Bushiri ditandai oleh kehidupannya yang sufistik, tercermin dari kezuhudannya, tekun beribadah, tidak menyukai kemewahan dan kemegahan duniawi.
Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam deretan sufi-sufi besar. Sayyid Mahmud Faidh al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jamharat al-Aulia. bahwa al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abu Abbas al-Mursi.
Wallahu a’lam.

Mengenal Thoriqoh Mu’tabarah

Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thoriqoh, yang berarti
jalan, yakni jalan untuk mencapai Ridlo Allah. Dengan pengertian
ini bisa digambarkan, adanya kemungkinan banyak jalan,
sehingga sebagian sufi menyatakan, Aturuk biadadi anfasil
mahluk, yang artinya jalan menuju Allah itu sebanyak nafasnya
mahluk, aneka ragam dan bermacam macam. Kendati demikian
orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati,
karena dinyatakan pula, Faminha Mardudah waminha maqbulah,
yang artinya dari sekian banyak jalan itu, ada yang sah dan ada
yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima.
Yang dalam istilah ahli Thoriqoh lazim dikenal dengan ungkapan,
Mu’tabaroh. Wa ghoiru Mu’tabaroh.
KH. Dzikron Abdullah menjelaskan, awalnya Thoriqoh itu dari Nabi
yang menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi,
semua Thoriqoh yang Mu’tabaroh itu, sanad(silsilah)-nya muttashil
(bersambung) sampai kepada Nabi. Kalau suatu Thoriqoh
sanadnya tidak muttashil sampai kepada Nabi bisa disebut
Thoriqoh tidak (ghoiru) Mu’tabaroh. Barometer lain untuk
menentukan ke-mu’tabaroh-an suatu Thoriqoh adalah
pelaksanaan syari’at. Dalam semua Thoriqoh Mu’tabaroh syariat
dilaksanakan secara benar dan ketat.
Diantara Thoriqoh Muktabaroh itu adalah :


  • Thoriqoh Syathariyah
Thoriqoh Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M).
Thoriqoh Syathariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan
Medinah) dibawa oleh Syekh Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082)
dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua ulama ini
diteruskan oleh Syekh ‘Abd al-Rauf al-Sinkili ke Nusantara,
kemudian dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din ke
Minangkabau. Thoriqoh Syathariyah sesudah Syekh Burhan al-Din,
berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu :
  1. silsilah yang diterima dari Imam Maulana.
  2. silsilah yang dibuat oleh Tuan Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan.
  3. silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali Bakri di Sikabu Ulakan.
  4. silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam Kitabnya yang berjudul Syifa’ al-Qulub.
Thoriqoh ini berkembang di Minangkabau
dan sekitarnya. Untuk mendukung ke1embagaan Thoriqoh, kaum
Syathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosial
keagamaan Jama’ah Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabang
dan ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau, bahkan di
propinsi-tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnya
kelembagaan Thoriqoh Syathariyah dapat ditemukan wujudnya
pada kegiatan ziarah bersama ke makam Syekh Burhan al-Din
Ulakan.


  • Thoriqoh Qadiriyyah
Di Jawa Tengah Thoriqoh Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah muncul
dan berkembang antara lain dari Mbah Ibrahim Brumbung
Mranggen diturunkan kepada antara lain KH. Muslih pendiri Ponpes
Futuhiyyah, Mranggen. Dari Kyai Muslih ini lahir murid-murid
Thoriqoh yang banyak. Dan dari tangan mereka berkembang
menjadi ratusan ribu pengikut. Demikian pula halnya Simbah Kyai
Siradj Solo yang mengembangkan Thoriqoh ini ke berbagai
tempat melalui anak muridnya yang tersebar ke pelosok Jawa
Tengah hingga mencapai puluhan ribu pengikut. Sementara di
Jawa Timur, Thoriqoh ini dikembangkan oleh KH. Musta’in Romli
Rejoso Jombang dan Simbah Kyai Utsman yang kemudian
dilanjutnya putra-putranya diantaranya KH. Asrori yang juga
mempunyai murid ratusan ribu. Di Jawa Barat tepatnya di Ponpes
Suryalaya Tasikmalaya juga turut andil membesarkan Thoriqoh ini
sejak mulai zaman Abah Sepuh hingga Abah Anom dan murid-muridnya
yang tersebar di berbagai penjuru Jawa Barat.


  • Thoriqoh Alawiyyah
Thoriqoh Alawiyyah berbeda dengan Thoriqoh sufi lain pada
umumnya. Perbedaan itu, misalnya, terletak dari praktiknya yang
tidak menekankan segi-segi riyadlah (olah ruhani) yang berat,
melainkan lebih menekankan pada amal, akhlak, dan beberapa
wirid serta dzikir ringan. Sehingga wirid dan dzikir ini dapat
dengan mudah dipraktikkan oleh siapa saja meski tanpa dibimbing
oleh seorang mursyid. Ada dua wirid yang diajarkannya, yakni
Wirid Al-Lathif dan Ratib Al-Haddad.serta beberapa ratib lainnya
seperti Ratib Al Attas dan Alaydrus juga dapat dikatakan, bahwa
Thoriqoh ini merupakan jalan tengah antara Thoriqoh Syadziliyah
(yang menekankan olah hati) dan batiniah) dan Thoriqoh Al-
Ghazaliyah (yang menekankan olah fisik). Thoriqoh ini berasal
dari Hadhramaut, Yaman Selatan dan tersebar hingga ke berbagai
negara, seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara (termasuk
Indonesia). Thoriqoh ini didirikan oleh Imam Ahmad bin Isa al-
Muhajir-lengkapnya Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-
Muhajir-seorang tokoh sufi terkemuka asal Hadhramat. Al Imam
Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali Baalwi, juga merupakan
tokoh kunci Thoriqoh ini. Dalam perkembangannya kemudian,
Thoriqoh Alawiyyah dikenal juga dengan Thoriqoh Haddadiyah,
yang dinisbatkan kepada Habib Abdullah al-Haddad, Attasiyah
yang dinisbatkan kepada Habib Umar bin Abdulrahman Al Attas,
serta Idrusiyah yang dinisbatkan kepada Habib Abdullah bin Abi
Bakar Alaydrus, selaku generasi penerusnya. Sementara nama
“Alawiyyah” berasal dari Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al
-Muhajir. Thoriqoh Alawiyyah, secara umum, adalah Thoriqoh
yang dikaitkan dengan kaum Alawiyyin atau lebih dikenal sebagai
saadah atau kaum sayyid – keturunan Nabi Muhammad SAW-yang
merupakan lapisan paling atas dalam strata masyarakat
Hadhrami. Karena itu, pada masa-masa awal Thoriqoh ini
didirikan, pengikut Thoriqoh Alawiyyah kebanyakan dari kaum
sayyid di Hadhramaut, atau Ba Alawi.Thoriqoh ini dikenal pula
sebagai Toriqotul abak wal ajdad, karena mata rantai silisilahnya
turun temurun dari kakek,ayah, ke anak anak mereka, dan
setelah itu diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat muslim lain
dari non-Hadhrami. Di Purworejo dan sekitarnya Thoriqoh ini
berkembang pesat, diikuti bukan hanya oleh para saadah
melainkan juga masarakat non saadah , Sayid Dahlan Baabud,
tercatat sebagai pengembang Thoriqoh ini, yang sekarang
dilanjutkan oleh anak cucunya.


  • Thoriqoh Khalwatiyah
Thoriqoh Khalwatiyah diambil dari kata “khalwat”, yang
artinya menyendiri untuk merenung. Diambilnya nama ini
dikarenakan seringnya Syekh Muhammad Al-Khalwati (w. 717 H),
pendiri Thoriqoh Khalwatiyah, melakukan khalwat di tempattempat
sepi. Secara “nasabiyah”, Thoriqoh Khalwatiyah
merupakan cabang dari Thoriqoh Az-Zahidiyah, cabang dari Al-
Abhariyah, dan cabang dari As-Suhrawardiyah, yang didirikan oleh
Syekh Syihabuddin Abi Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi
(539-632 H). Thoriqoh Khalwatiyah berkembang secara luas di
Mesir. Ia dibawa oleh Musthafa al-Bakri (lengkapnya Musthafa bin
Kamaluddin bin Ali al-Bakri as-Shiddiqi), seorang penyair sufi asal
Damaskus, Syiria. Ia mengambil Thoriqoh tersebut dari gurunya
yang bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh Husamuddin al-Halabi.
Karena pesatnya perkembangan Thoriqoh ini di Mesir, tak heran
jika Musthafa al-Bakri dianggap sebagai pemikir Khalwatiyah oleh
para pengikutnya. Karena selain aktif menyebarkan ajaran
Khalwatiyah ia juga banyak melahirkan karya sastra sufistik.
Diantara karyanya yang paling terkenal adalah Tasliyat Al-Ahzan
(Pelipur Duka).


  • Thoriqoh Tijaniyah
Thoriqoh Tijaniyah didirikan oleh Abul Abbas Ahmad bin
Muhammad bin al-Mukhtar at-Tijani (1737-1815), salah seorang
tokoh dari gerakan “Neosufisme”. Ciri dari gerakan ini ialah
karena penolakannya terhadap sisi eksatik dan metafisis sufisme
dan lebih menyukai pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuan
syari’at dan berupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruh
Nabi Muhammad SAW sebagai ganti untuk menyatu dengan
Tuhan. At-Tijani dilahirkan pada tahun 1150/1737 di ‘Ain Madi,
bagian selatan Aljazair. Sejak umur tujuh tahun dia sudah dapat
menghafal al-Quran dan giat mempelajari ilmu-ilmu keislaman
lain, sehingga pada usianya yang masih muda dia sudah menjadi
guru. Dia mulai bergaul dengan para sufi pada usia 21 tahun. Pada
tahun 1176, dia melanjutkan belajar ke Abyad untuk beberapa
tahun. Setel`h itu, dia kembali ke tanah kelahirannya. Pada tahun
1181, dia meneruskan pengembaraan intelektualnya ke Tilimsan
selama lima tahun. Di Indonesia, Tijaniyah ditentang keras oleh
Thoriqoh-Thoriqoh lain. Gugatan keras dari kalangan ulama
Thoriqoh itu dipicu oleh pernyataan bahwa para pengikut Thoriqoh
Tijaniyah beserta keturunannya sampai tujuh generasi akan
diperlakukan secara khusus pada hari kiamat, dan bahwa pahala
yang diperoleh dari pembacaan Shalawat Fatih, sama dengan
membaca seluruh Al-Quran sebanyak 1000 kali. Lebih dari itu,
para pengikut Thoriqoh Tijaniyah diminta untuk melepaskan
afiliasinya dengan para guru Thoriqoh lain, Meski demikian,
Thoriqoh ini terus berkembang, utamanya di Buntet- Cirebon dan
seputar Garut (Jawa Barat), dan Jati barang brebes, Sjekh Ali
Basalamah, dan kemudian dilanjutkan putranya, Sjekh
Muhammad Basalamah, adalah muqaddam Tijaniah di Jatibarang
yang pengajian rutinnya, dihadiri oleh puluhan ribu ummat Islam
pengikut Tijaniah. Demikian pula Madura dan ujung Timur pulau
Jawa, tercatat juga, sebagai pusat peredarannya. Penentangan
terhadap Thoriqoh ini, mereda setelah, Jam’iyyah Ahlith-Thariqah
An-Nahdliyyah menetapkan keputusan, Thoriqoh ini bukanlah
Thoriqoh sesat, karena amalan-amalannya sesuai dan tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Keputusan itu diambil setelah
para ulama ahli Thoriqoh memeriksa wirid dan wadzifah Thoriqoh ini.


  • Thoriqah Sammaniyah
Thoriqah Sammaniyah didirikan oleh Syekh Muhammad Samman
yang bernama asli Muhammad bin Abd al-Karim al-Samman al-
Madani al-Qadiri al-Quraisyi dan lebih dikenal dengan panggilan
Samman. Beliau lahir di Madinah 1132 H/1718 M dan berasal dari
keluarga suku Quraisy. Semula ia belajar Thoriqoh Khalwatiyyah
di Damaskus, lama kelamaan ia mulai membuka pengajian yang
berisi teknik dzikir, wirid dan ajaran teosofi lainnya. Ia menyusun
cara pendekatan diri dengan Allah yang akhirnya disebut sebagai
Thoriqoh Sammaniyah. Sehingga ada yang mengatakan bahwa
Thoriqoh Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah. Di
Indonesia, Thoriqoh ini berkembang di Sumatera, Kalimantan dan
Jawa. Sammaniyah masuk ke Indonesia pada penghujung abad 18
yang banyak mendapatkan pengikut karena popularitas Imam
Samman. Sehingga manaqib Syekh Samman juga sering dibaca
berikut dzikir Ratib Samman yang dibaca dengan gerakan
tertentu. Di Palembang misalnya ada tiga ulama Thoriqoh yang
pernah berguru langsung pada Syekh Samman, ia adalah Syekh
Abd Shamad, Syekh Muhammad Muhyiddin bin Syekh Syihabuddin
dan Syekh Kemas Muhammad bin Ahmad. Di Aceh juga terkenal
apa yang disebut Ratib Samman yang selalu dibaca sebagai dzikir
(team Al Mihrab ).
Umumnya, nama sebuah Thoriqoh diambil dari nama sang pendiri
Thoriqoh bersangkutan, seperti Qadiriyah dari Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani atau Naqsyabandiyah dari Baha Uddin Naqsyaband. Tapi
Thoriqoh Khalwatiyah justru diambil dari kata “khalwat”, yang
artinya menyendiri untuk merenung.


Semoga Berguna….!!!

Sejarah Tentang April Mop "The April's Fool Day"

BULAN APRIL telah tiba, ada suatu kebiasaan jahiliah yang patut kita waspadai bersama sebagai seorang Muslim; 01 April diperingati sebagai hari*April Mop, yang artinya hari dimana orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain.
Dalam Islam, kebohongan adalah suatu hal yang buruk, bahkan hal tersebut dapat dianggap sebagai peragai kemunafikan meskipun hal itu hanya bertujuan untuk bergurau. Rasulullah Saw. digambarkan sebagai orang yang selalu jujur. Bukankah beliau dijuluki ash-shiddiq “jujur” dan al-amin “dapat dipercaya”?

Hanya dalam beberapa kesempatan, kita dibolehkan untuk berbohong, seperti untuk mendamaikan pertengkaran (perselisihan), dalam peperangan (sebagai siasat perang), dan dalam rangka menjaga keutuhan rumah tangga sebagaimana dalam Hadis Riwayat Muslim.

Perhatikan Surah Al-Nahl tadi dan Hadis-Hadis Nabi berikut ini.

“Berbohong itu menjauhkan keimanan (dari seseorang).” (HR Baihaqi)

“Orang Mukmin itu mempunyai beberapa ka-rakter selain khianat dan dusta.” (HR Al-Bazzar dan Abu Ya’la)

“Hendaklah kamu berl`ku jujur karena kejujuran itu akan menuntun pada kebaikan, dan kebaikan akan menuntun ke surga. Dan tidak henti-hentinya seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta karena akan menuntun pada kedur hakaan, dan kedurhakaan akan menuntun pada neraka. Dan seseorang yang tidak henti-hentinya berbuat dusta dan memilih dusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Bukhari dan Muslim)

Fudhail bin lyadh berkata, “Tidak ada segumpal daging yang lebih dicintai Allah, kecuali lidah yang selalu berkata benar. Dan, tidak ada segumpal daging yang paling dibenci Allah, kecuali lidah yang selalu berkata dusta.”

Fren, Rasulullah Saw. mengatakan bahwa ciri orang munafik, salah satunya adalah gemar berbohong. Kata munafik berasal dari kata nifaq, yang dalam bahasa Arab diambil dari akar kata nafiqul yarbu, yang berarti “lubang tikus”. Hal ini karena, biasanya, tikus selalu menampakkan jalan masuknya ke lubang, tetapi tidak menampakkan jalan keluarnya.

Sabda beliau Rasulullah Saw., “Empat hal, siapa yang memilikinya, maka ia adalah munafik tulen. Jika ia memiliki salah satunya, ia akan mempunyai salah satu cabang kernunafikan sampai ia membuang sifat itu, yaitu apabila bicara ia berdusta, apabila berjanji diingkari, apabila diberi amanat, ia khianat, dan apabila berbantah-bantahan, ia durhaka” (HR Ahmad dan Hakim).

Kebohongan adalah suatu hal yang buruk, bahkan hal tersebut dapat dianggap sebagai perangai kemunafikan meskipun hal itu hanya bertujuan untuk bergurau. Rasulullah Saw. digambarkan sebagai orang yang selalu jujur. Bukankah beliau dijuluki ash-shiddiq “jujur” dan al-amin “dapat dipercaya”?

lblis pun pernah membohongi Adam a.s. di surga, Hai Adam, maukah aku tunjukkan pohon kekekalan dan kekuasaan yang abadi? (QS Thã Ha [20]: 120).

lnformasi iblis ini ternyata bukan hanya salah, melainkan sekaligus menyesatkan. Perintah kepada orang-orang yang beriman untuk selalu mengucapkan kata-kata yang benar atau menjauhi ucapan dusta dinyatakan Allah dalam Surah AlAhz5b (33): 70, :  Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang sadid (benar).

Kata sadid dalam ayat tadi, bukan hanya berarti “benar”. Lebih jauh dari itu, kata ini dalam berbagai bentuknya, pada akhirnya bermuara pada makna “menghalangi” atau “membendung” (dalam arti yang tidak sesuai sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna). Atas dasar makna ini, para ulama menekankan bahwa semua ucapan apa pun bentuk dan kandungannya, di samping harus menjamin sasarannya untuk tidak terjerumus ke dalam kesulitan, ucapan itu juga harus bermanfaat.

Nah, jika kita lihat uraian tersebut, jelas sudah jika April Mop bukanlah perkara yang dibolehkan dalam Islam. Keharaman tersebut dilihat dari empat segi.

Pertama, keharaman berbohong itu sendiri yang dilarang Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
Kedua, kebohongan itu bisa menakut-nakuti dan mengeruhkan pikiran orang lain.
Ketiga, perbuatan itu berarti mengkhianati seseorang karena kepercayaan dibalas dengan kebohongan.
Keempat, dengan “merayakan” April Mop, maka menyebarkan tradisi batil yang tidak ada dalam ajaran agama. Perbuatan ini berarti tasyabuh (menyerupai) kaum non-Muslim yang sangat tidak wajar.


  Fakta Sejarah Tentang April Mop
Sebenarnya, April Mop adalah sebuah perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.
Perayaan April Mop berawal dari suatu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan? April Mop, atau The April's Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.
Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 Masehi oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis.

Perancis Selatan dengan mudah dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walaupun sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah barat yang berupa pegunungan.

Islam Telah Menerangi Spanyol
Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol adalah muslim yang sunggth-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya. Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun selalu gagal. Maka dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam Spanyol.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. Telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.

Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari ketimbang baca Qur’an. Mdreka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, semuanya dihabisi dengan sadis.

Satu persatu daerah di Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.

Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah.

Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. “Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol, setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!”. Demikian bujuk tentara Salib.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.

 Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada yang keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya beriringan jalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tentara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya.
Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakari rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam
yang masih bertahan di dalamnya.
Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang tentara Salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya.

 Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 01 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 01 bulan April sebagai April Mop (The Aprils Fool Day).

Siapapun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, 5 abad silam.

Jadi, perhatikan sekeliling Anda, anak Anda, atau Anda sendiri, mungkin terkena virus April Mop tanpa kita sadari.

Apalah Arti Kecantikan atau Ketampanan...???

Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika tanpa keimanan..
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika kelak dilaknat Tuhan..
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika hari-harinya tanpa amalan..
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika tak ada Al-Qur’an yg lekat dlm ingatan..
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika tdk memburu keridhoan..
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika hanya melakukan kesia-siaan..
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika hatinya dikotori kebanggaan..
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika tak punya kehormatan..
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika matanya msh jelalatan tak juga mampu tundukkan pandangan...
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika tak bisa mengendalikan hawa nafsunya...
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika hanya untuk tebar pesona dan memika pandangan...
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika enggan mematuhi yg Kuasa dan malah
bangga dgn dosa-dosa...
Wajah Tampan atau Cantik ?
Percuma !!
Jika akhirnya nanti mendapat siksa di neraka...

Ketampananmu atau Kecantikanmu tak
berarti krn tak menjamin kamu aka diridhoi..
Ketampananmu atau Kecantikanmu tak berguna, karena seseorang masuk surga bukan karena keindahan rupa...
Ketampananmu atau Kecantikanmu pasti akan pudar dan hilang seiring waktu yg berjalan..
Sedang apa-apa yg engkau lakukan akan abadi dan pasti dimintai
pertanggungjawaban oleh Illahi..
Ketampananmu atau Kecantikanmu takkan bisa menjadi pembela saat engka dihadapkan pada pengadilan Yang Maha Adil..
Ketampananmu atau Kecantikanmu tdk akan pernah bisa menjadi pemberat amal-amalmu di Mizan.
Tak juga bisa meringankan azab yg ditimpakan di hari kemudian..
Ketampananmu atau Kecantikanmu hanya pemberian…
hanya pajangan yg tidak akan memberi pengaruh didalam alam keabadian.

Coba lihatlah Bilal bin Rabbah dengan kulitnya yg hitam, lihat pula Amr bi Jamuh dengan kakinya yg pincang, lihatlah juga Abdullah bin Ummi Maktu dengan kebutaan penglihatan.
Mereka mulia di sisi Rabb mereka, Rasulullah mengakui keutamaan mereka. Bukan karena tampannya atau cantiknya rupa, bukan pula
karena sempurna anggota badannya. Namun semuanya karena kesetiaan pada ikrar syahadat yg diucapkan, kepatuhan pada aturan syariat, melaksanakan kewajiban tanpa keengganan, dan ketaqwaan yg
menghunjam sanubari tanpa lekang.
Tidakkah kau belajar pada Yusuf ‘alaihissalam ketika dia digoda untuk
berzina ia menolak seraya berkata, “Aku berlindung kepada Allah…”
Dan ketika wajah tampannya menarik kaum wanita dia sampai
berdoa, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku…”
Tidakkah kau mengambil sesuatu dari Mush’ab bin Umeir ?
Pemuda tampan pujaan gadis Makkah di masa jahiliyah ?
Ia tanggalkan segala kemewahan dan memili Islam, hingga ketika dia di perang Uhud dianugerahi kesyahidan maka Rasulullah berkata tentangnya, “Ketika di Mekkah dulu tak seorang pun aku lihat yg lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya dari padamu. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yg kusut masai hanya dibalut
sehelai burdah.”
Ya, Mush’ab pemuda tampan itu, duta pertama Rasulullah itu hanya
berkafan selembar kain burdah yg jika ditutupkan kepalanya maka terbukala kakinya, dan saat ditutupkan ke kakinya terbukalah kepalanya. Namun dia telah mendapat kemuliaan yg tiada tandingannya disisi Rabbnya.
Tidakkah kau perhatikan perkataan Umar bin Abdul Aziz saat seorang sahabat lamanya, Muhammad bin Ka’ab Al Qardhi, menyatakan
keheranannya atas penampilan Umar yang berubah setelah menjadi khalifah. Padahal saat Umar menjadi gubernur Madinah tubuhnya indah dan subur, dan setelah menjadi amirul mukminin Umar menjadi
kurus, sederhana dan bersahaja. Umar berkata
menjawab keheranan Ka’ab, “Bagaimana kalau kau lihat aku di kuburku tiga hari setelah kematianku, saat kedua mataku tanggal pada pipiku, dari hidung dan mulutku mengalir cacing dan nanah. Tentu
saat itu engkau akan sangat ingkari aku lebih dari pengingkaran dan keheranan saat ini.

”Wahai pemuda dan pemudi yg bangga
dengan ketampanan dan kecantikannya…
Wahai pemuda dan pemudi yg sibuk dengan penampilan lahirnya…
Wahai pemuda dan pemudi yg terlen dengan pandangan dan pujian manusia…

Jangan lagi tertipu akan kefanaan dan kenikmatan tanpa keabadian. Bersegeralah menuju penghambaan yg akan member keberuntungan.
Apa yg akan kau banggakan saat kematian telah menjelang,
apa yg akan kau persembahkan di hadapan Rabb semesta Alam ?
Apakah kau tak sadari setia saat kematian bisa mendatangi ?
Apakah kau tak ingin terpuji di hadapan pencipta langit dan bumi ?

Dan cukuplah nasehat Fudhoil bin Iyad sebagai renungan,
“Wahai si wajah tampan adalah orang yg akan ditanyakan oleh
Allah tentang penciptaan (ketampanan) ini.
Bila anda mampu menjaga wajah yg tampan ini dari api neraka, maka lakukanlah…”

Atau peringatan dari sabda Nabi :
”Banyak-banyaklah kalian mengingat kejadian yg akan menghancurkan segala kelezatan, yaitu
MAUT !” (HR.Tirmidzi)

Wallahu a’lam…

Memahami Qur'an Surat Al-Falaq

Surat al-Falaq terdiri dari lima ayat dan tergolong makkiyyah (diturunkan sebelum hijrah). Bersama surat an-Nas, ia disebut al-Mu’awwidzatain. Disebut demikian karena keduanya mengandung ta’widz (perlindungan). Keduanya termasuk surat yang utama dalam Al-Qur’an. Keutamaan surat al-Falaq selalu disebut bersamaan dengan surat an-Nas.


Keutamaan al-Mu’awwidzatain

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتْ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ؟))

“Tahukah engkau ayat-ayat yang telah diturunkan malam ini, tidak pernah ada yang menyerupainya sama sekali? Kemudian beliau mengatakan:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Sedangkan at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu hadits berikut,

((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَيْنِ الْجَانِّ وَعَيْنِ الإِنْسِ, فَلَمَّا نَزَلَتْ الْمُعَوِّذَتَانِ أَخَذَ بِهِمَا, وَتَرَكَ مَا سِوَى ذَلِكَ))

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari mata jahat jin dan manusia. Ketika turun al-Mu’awwidzatain, beliau memakainya dan meninggalkan yang lain. (dihukumi shahih oleh al-Albani)

Kedua surat ini disunatkan dibaca setiap selesai shalat wajib. Dalam hadits lain, ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan,

(( أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ))

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan saya untuk membaca al-Mu’awwidzat tiap selesai shalat.” (HR. Abu Dawud, dihukumi shahih oleh al-Albani)

Disunatkan juga membacanya sebelum dan sesudah tidur, sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Uqbah yang lain:

(( ياَ عُقْبَةُ ! اِقْرَأْ بِهِمَا كُلَّمَا نِمْتَ وَقُمْتَ، مَا سَأَلَ سَائِلٌ وَلاَ اِسْتَعَاذَ مُسْتَعِيْذٌ بِمِثْلِهِمَا))

“Wahai ‘Uqbah, bacalah keduanya setiap kamu tidur dan bangun. Tidaklah seseorang bisa meminta atau berlindung dengan seperti keduanya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah, dihukumi hasan oleh al-Albani)

Hadits-hadits shahih juga menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan membacanya pada dzikir pagi dan sore. Beliau juga membacanya saat meruqyah diri beliau saat sakit dan disengat kalajengking. Demikian juga malaikat yang meruqyah beliau saat disihir Labid bin al-A’sham.








Tafsir Surat Al-Falaq

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ

“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (Penguasa) waktu Subuh.”

Dalam bahasa Arab, al-falaq berarti sesuatu yang terbelah atau terpisah. Yang dimaksud dengan al-falaq dalam ayat ini adalah waktu subuh, karena makna inilah yang pertama kali terdetik dalam benak orang saat mendengar kata al-falaq. Ia disebut demikian karena seolah-olah terbelah dari waktu malam.

Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk berlindung (isti’adzah) kepada Allah semata. Isti’adzah termasuk ibadah, karenanya tidak boleh dilakukan kepada selain Allah. Dia yang mampu menghilangkan kegelapan yang pekat dari seluruh alam raya di waktu subuh tentu mampu untuk melindungi para peminta perlindungan dari semua yang ditakutkan.

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Dari kejahatan apa-apa yang telah Dia ciptakan.”

Ayat yang pendek ini mengandung isti’adzah dari kejahatan semua makhluk. Al-Hasan Al-Bashri berkata : “Jahannam dan iblis beserta keturunannya termasuk apa yang telah Dia ciptakan.” Kejahatan diri kita sendiri juga termasuk di dalamnya, bahkan ia yang pertama kali masuk dalam keumuman kata ini, sebagaimana dijelaskan Syaikh al-’Utsaimin. Hanya Allah yang bisa memberikan perlindungan dari semua kejahatan, karena semua makhluk di bawah kekuasaanNya.

Setelah memohon perlindungan secara umum dari semua kejahatan, kita berlindung kepada Allah dari beberapa hal secara khusus pada ayat berikut; karena sering terjadi dan kejahatan berlebih yang ada padanya. Di samping itu, ketiga hal yang disebut khusus berikut ini juga merupakan hal-hal yang samar dan tidak tampak, sehingga lebih sulit dihindari.

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ

“Dan dari kejahatan malam apabila telah masuk dalam kegelapan.”

Kata ghasiq berarti malam, berasal dari kata ghasaq yang berarti kegelapan. Kata kerja waqaba mengandung makna masuk dan penuh, artinya sudah masuk dalam gelap gulita.

Kita berlindung dari kejahatan malam secara khusus, karena kejahatan lebih banyak terjadi di malam hari. Banyak penjahat yang memilih melakukan aksinya di malam hari. Demikian pula arwah jahat dan binatang-binatang yang berbahaya. Di samping itu, menghindari bahaya juga lebih sulit dilakukan pada waktu malam.

وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ

“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada tali-tali ikatan.”

Para tukang sihir biasa membaca mantra dan jampi-jampi, kemudian mereka tiupkan pada tali-tali yang di ikat. Inilah yang di maksud dengan ruqyah syirik. Sihir merupakan salah satu dosa dan kejahatan terbesar, karena disamping syirik, ia juga samara dan bisa mencelakakan manusia di dunia dan akhirat. Karenanya kita berlindung secara khusus kepada Allah dari kejahatan ini.

Penyebutan wanita tukang sihir dalam bentuk muannats (feminin) dikarenakan jenis sihir ini yang paling banyak melakukannya adalah wanita. Dalam riwayat tentang sihir Labid bin al-A’sham yang ditujukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga disebutkan bahwa puteri-puteri Labid yang menghembus pada tali-tali.

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

“Dan dari kejahatan orang dengki apabila ia dengki.”

Dengki (hasad) adalah membenci nikmat Allah atas orang lain dan menginginkan hilangnya nikmat itu darinya. Yang dimaksud dengan ‘apabila ia dengki’ adalah jika ia menunjukkan kedengkian yang ada di hatinya dan karenanya terbawa untuk membahayakan orang yang lain. Kondisi yang demikianlah yang membahayakan orang lain. Orang yang hasad akan menempuh cara yang bisa ditempuh untuk mewujudkan keinginannya. Hasad juga bisa menimbulkan mata jahat (‘ain) yang bisa membahayakan sasaran kedengkiannya. Pandangan mata dengkinya bisa mengakibatkan orang sakit, gila, bahkan meninggal. Barang yang dilihatnya juga bisa rusak atau tidak berfungsi. Karenanya, kitapun berlindung kepada Allah dari keburukan ini secara khusus.

Ada juga orang dengki yang hanya menyimpan kedengkiannya dalam hati, sehingga ia sendiri gundah dan sakit hati, tapi tidak membahayakan orang lain, sebagaimana dikatakan Umar bin Abdil Aziz: “Saya tidak melihat orang zhalim yang lebih mirip dengan orang terzhalimi daripada orang yang dengki.”

Jadi, untuk melindungi diri dari semua kejahatan kita harus menggantungkan hati kita dan berlindung hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa, dan membiasakan diri membaca dzikir yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini adalah salah satu wujud kesempurnaan agama Islam. Kejahatan begitu banyak pada zaman kita ini, sementara banyak umat Islam yang tidak tahu bagaimana cara melindungi diri darinya. Adapun yang sudah tahu banyak yang lalai, dan yang membacanya banyak yang tidak menghayati. Semua ini adalah bentuk kekurangan dalam beragama. Andai umat Islam memahami,mengamalkan dan menghayati sunnah ini, niscaya mereka terselamatkan dari berbagai kejahatan.

Kesimpulan:

1. Surat ini adalah surat yang utama, dan dianjurkan dibaca setelah shalat, sebelum dan sesudah tidur, dalam dzikir pagi dan sore, juga dalam ruqyah.
2. Kita memohon perlindungan hanya kepada Allah dari semua kejahatan secara umum, dan beberapa hal secara khusus karena lebih sering terjadi, lebih samar atau karena mengandung bahaya yang lebih.
3. Mewaspadai kejahatan malam, tukang sihir dan pendengki.
4. Sihir dan ‘ain adalah perkara yang hakiki.
5. Kesempurnaan agama Islam yang mengajarkan cara melindungi diri dari berbagai kejahatan.
6. Kekurangan sebagian umat Islam dalam memahami, mengamalkan dan menghayati ajaran Islam.




 Referensi:

1. Al-Quran dan Terjemahnya, Percetakan Mushaf Madinah.
2. Irsyadul ‘Aqlis Salim Ila Mazayal Kitabil Karim (Tafsir Abu Su’ud), Maktabah Syamilah.
3. Fathul Qadir, asy-Syaukani, Darul Hadits.
4. Taysirul Karimir Rahman, Muassasah ar-Risalah.
5. Riyadhush Shalihin, an-Nawawi, al-Maktab al-Islami.
6. Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin.

 
Free Automatic Backlink Backlink Exchange Free Auto Backlinks Auto Backlink Gratis Indonesia : Top Link Indo backlinks referer backlinks referer Text Backlink Exchanges MIM - Free BacklinksYour-Link
,b:section class='lowerbar' id='lowerbar2' preferred='yes'/>

Followers